Rabu, 02 Maret 2011

Lemak Jenuh dan Tak Jenuh Dalam Diet Kita

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara lemak jenuh dalam diet dengan salah satu tipe artherosclerosis (pengerasan pembuluh darah arteri). Dalam kondisi yang dimaksud, terjadi penyempitan pembuluh darah karena terbentuknya plak. Pada akhirnya, plak ini akan mengeraskan pembuluh arteri dan mengurangi elastisitasnya. Hal ini akan menyebabkan peningkatan tekanan darah, karena darah harus melalui saluran yang lebih sempit. Jika pembentukkan plak terus berlanjut, dapat menyebabkan tersumbatnya aliran darah, sehingga menyebabkan serangan jantung.

Hubungan seperti itu tidak ditemukan dengan asam lemak tak jenuh. Hasil penelitian terhadap masyarakat Iunit di Alaska dengan diet lemak yang tinggi dan tingkat kolesterol darah yang tinggi, ternyata sangat jarang yang menderita penyempitan pembuluh darah.

Lemak dalam diet masyarakat Iunit terutama berasal dari ikan, bukan dari hewan darat seperti masyarakat lainnya. Lemak ikan maupun lemak nabati kaya dengan asam lemak tak jenuh. Asam lemak dalam lemak nabati adalah omega-6, ikatan rangkap pertama terletak pada atom karbon nomor 6 dari ujung rantai. Dua dari asam lemak omega-6 yang lazim ialah asam linoleat dan asam arakidonat. Sementara itu, asam lemak dalam minyak ikan terutama adalah omega-3. Tiga diantaranya adalah asam linoleat, asam eikosapentaenoat (EPA), dan asam dokosaheksaenoat (DHA).

Asam lemak omega-3 menurunkan kecenderungan pembentukan plak, sehingga mengurangi risiko penyumbatan. Akan tetapi, kadar asam lemak omega-3 yang terlalu tinggi dapat meningkatkan risiko pendarahan. Kelihatannya, diet yang terdiri dari ikan, seperti tuna, salmon, dan hiring dapat menyediakan asam lemak omega-3 yang cukup untuk mengatasi masalah penyempitan pembuluh darah karena kasus tersebut.

Sumber : Purba, Michael. 2006. Kimia. Jilid VI. Jakarta: Erlangga  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar